Dilema Putri Naya

DILEMA PUTRI NAYA
Deburan ombak semkain kencang menghantam bebatuan, matahari perlahan menuju peraduannya, tiupan angin semakin kencang menghantam. Para pemuda dengan perbekalan dan tampilan maksimal telah bersiap berkumpul di tepi pantai menanti dengan penuh harap atas keputusan sang putri.
Putri Naya namanya, seorang gadis berparas cantik nan menawan dengan rambut hitam mengkilap menjuntai menghiasi indahnya wajahnya. Membuat siapapun terpesona memandang dan jatuh hati kepadanya. Wawasan luas yang dimiliki semakin membuat daya tariknya semakin mempesona. Para pengawal telah bersiap
“bagaimana tuan putri, apakah acara sudah bisa kita mulai?
Dengan wajah yang masih bimbang dan penuh kecemasan putri naya menjawab hanya dengan anggukan lesu.
Akhirnya semua bersiap, sang pengawal memulai acara
“baiklah tiba saatnya acara yang kita tunggu-tunggu, saatnya kita akan mendengarkan keputusan sang putri, kepada semua bersiaplah dan berilah penghormatan.
“tuan putri sudah siap?
“ya…saya sudah siap kata sang putri.
Dengan langkah anggun putri naya mulai naik ke atas panggung yang terletak di atas pegunungan kecil yang menjorok sedikit ke bibir pantai, dengan suara yang lirih sang putri memulai :
‘assalamulaikum warohmatullahi wabarokatuh”
Semua telah menanti saat ini, dan hari ini saya akan memberikan jawaban atas pertanyaan dan pinangan dari saudara-saudara sekalian.
Saya tahu bahwa kalian sangat menginginkan saya untuk dijadikan seorang istri, namun tanggung jawabku sebagai seorang putri dan anak satu-satunya sebagai pewaris kerajaan sasak tidak bisa disepelekan begitu saja. Saya menginginkan seorang suami yang bisa menemani saya menjaga kerajaan ini dengan baik. untuk itu, Setelah merenung dan mempertimbangkan segalanya maka saya memutuskan untuk memberikan syarat kepada siapa saja yang ingin meminang saya sebagai istri.”
Semua yang hadir semakin serius dan mempertajam pendengaran mereka. Wajah-wajah mereka semakin berbinar penuh pengharapan untuk dipilih.

Dengan menarik nafas panjang dan mengucap bismillah di dalam hati sang putri memulai lagi perkataannya” seperti yang kalian ketahui bersama kondisi kerajaan dan rakyat sedang kritis, musim kemarau yang tak kunjung berhenti membuat aktivitas dan kebutuhan warga semakin rumit, maka dengan ini saya mengeluarkan sebuah syarat. syaratnya adalah siapapun diantara kalian yang berhasil membuat tanah di daerah ini menjadi subur dalam jaangka waktu tiga hari, maka dialah yang terpilih sebagai calon suami saya”
Beberapa orang yang mendengar syarat tersebut berbisik “wah gimana caranya ya membuat tanah setandus ini menjadi daerah yang subur” wah bisa-bisa kesempatan menjadi suami sang putri kandas begitu saja”. Di barisan yang lain terdengar bisikan yang cukup optimis “ kalau itu pasti bisa kulakukan, nantikan saja aku wahai sang putri.
Acara diakhiri dengan tampilan presean yang khas di daerah sasak. Semua pemuda yang menginginkan sang putri mulai mengatur trategi untuk melancarkan misi mendapatkan sang putri. Para pengawal kerajaan telah dibagi tugas untuk berjaga jaga di setiap daerah. Kemarau panjang yang menimpa daerah kerajaan menjadikan perekonomian kerajaan menjadi merosot, para penduduk tidak bisa bercocok tanam karena lahan yang semaikn mengering. Kondisi ini yang membuat Putri Naya memberanikan diri mengeluarkan syarat yang tidak main-main demi kelangsungan hidup para rakyat.
Satu hari berlalu, sejak pengumuman putri naya bergulir ke para pemuda-pemuda yang menginginkannya menjadi istri mulai melakukan usaha-usaha untuk bagaimana membuat daerah tersebut menjadi lahan yang subur. Ada beberapa diantara mereka tidak tanggung-tanggung menyewa puluhan orang untuk mengangkut air ke sawah lading para penduduk, ada juga mencari dukungan kepada penduduk agar dimudahkan jalannya untuk diterima pinangannya.
Ketika kondisi penduduk di lapangan telah banyak yang sedang berusaha, kegalauan dan kecemasan putri naya semakin memuncah, putri naya hanya memantau dari istana apa yang sedang terjadi di daerahnya. Semilir angina menggoyangkan tirai tinggi jendela kamar sang putri, putri naya selalu berharap kelak orang yang menjadi suaminya adalah orang yang bertanggung jawab dan bisa memimpin kerajaan dengan bijaksana. Kecemasan  yang menggelayuti hati putri naya juga tentang keputusannya membuat syarat untuk para pemuda yang ingin menikahinya. Semua pertanyaan besar dan mencemaskan muncul silih berganti.
“bagaimana kalau calon suamiku melakukan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkanku”?
“bagaimana kalau ternyata tidak ada yang berhasil memenuhi syarat itu”?
Seraya berdoa sambil menenteskan air mata putri naya berdoa “ ya Allah semoga Engkau menunjukkan jalan kepadaku orang-orang yang berhati bersih dan suci serta bertanggung jawab”.
“tok..tok..tok…suara pintu kamar putri naya berbunyi
“Apakah ibu boleh masuk”? suara terdengar dari luar pintu.
“masuk bu” timpal putri naya
Dengan membawa secangkir teh yang dicampur madu, sang ibu berjalan masuk menuju kamar putri naya.
“minumlah..semoga bisa membantu menenangkan pikiranmu” ibu menguatkan
“terima kasih ibu” putri naya menjawab sambil mulai meminum the yang dibawakan ibu
“jagalah kesehatanmu nak, ibu perhatikan kamu kurang makan dan istirahat” ibi mulai menguatkan dan melanjutkan “ serahkan semua kepada DIA yang maha mengatur, ibu yakin segalanya akan segera membaik dan menunjukkan yang terbaik”. Sambil meletakkan kepala anaknya ke pundaknya.
“ibuuu…jika kemudian yang menjadi suamiku kelak adalah dia yang tidak baik bagaimana bu? Sesungguhnya itulah yang masih mengganjal di hatiku” dengan tetesan air mata yang mulai mengalir, putri melanjutkan “ saya khawatir diantara mereka akan terjadi saling bermusuhan dan bahkan partumpahan darah dikarenakan tidak mendapatkan saya”. Putri semakin erat memeluk sang ibu.
“serahkan semua kepadaNya…jangan berhenti berharap dan berdoa” ibu berusaha kembali menguatkan
Sekarang bersiaplah untuk melakukan perjalanan menuju daerah selatan, jalani dan nikmati semuanya dengan semangat nak…juka ayahmu masih ada dia akan sangat bangga kepadamu, tapi jika kamu terus bersedih maka ayahmu juga ikut bersedih, tibalah saatnya kamu melakukan yang terbaik untuk hidupmu dan kerajaan ini.
Seperti angina yang menerjang lembut, nasehat ibu menjadi penyemangat untuk putri naya, untuk terus semangat menjalani peran dan tugasnya.

Hari kedua setelah pengumuman itu bergulir, para pemuda semakin gencar untuk berusaha membuat daerah kerajaan menjadi subur, beberapa diantaranya mendatangkan dukun terkenal untuk memanggil roh-roh yang bisa membantu melancarkan usaha. Ada juga yang mulai pesimis untuk melanjutkan taantangan yang diberikan putri naya.

Di tempat yang lain, Fathir seorang pemuda tampan dan rajin beribadah yang merasakan kondisi penduduk kerajaan dalam keadaan terpuruk, dia lebih memilih untuk terus berdoa kepada Allah, agar Allah menurukan hujan untuk semua penduduk kerajaan. Tetang kompetisi yang sedang panas-panasnya? Ah jangan tentang kompetisi, bahkan hal yang lain tentang dirinya sendiripun terkadang lupa dia urus, tentang kompetisi father tidak tahu sama sekali, dia focus membantu penduduk dan selalu berusaha berdoa kepada Allah agar segera diturunkan hujan.

Musim tak kunjung berganti, tanda-tanda akan datangnya musim hujan dan usaha para pemuda yang berkompetisi belum juga terlihat pasti walaupun usaha mereka mendatangkan air ke sawah ladang penduduk namun tak jua menunjukkan hasil tanah akan terlihat subur. Melihat kondisi ini, putri naya semakain pesimis tentang calon suaminya dan kekhawatirannya tentang pertumpahan arah dianatara para pemuda, di sela pikirannya yang mulai penuh, putri naya sempat berpikir jika pada akhirnya tidak ada seorangpun yang menaklukan syarat itu, mungkin sebaiknya saya menghilang dari kerajaan , putri naya membatin, dan langsung disambut oleh hempasan aingin yang megitu menyejukkan, yang tetiba datang seperti memberi kode bahwa aka nada kabar bahagia dan baik di hari terakhir syarat itu dikeluarkannya. Mungkinkah ini pertanda akan ada perubahan? Pikirnya. Akhirnya dia mengustus salah satu pengawal bernama tara untuk memantau seluruh kondisi lahan dan sawah milik penduduk.
“pergilah kau memantau seluruh kondisi lahan penduduk..apakah sudah ada tanda perubahan” perintah putri naya
“Siap tuan putri “ jawab sang pengawal tara.
Pengawal tara menunggangi kudanya dan melaju dengan cepat. Sesampainya si sebuah lahan yang tandus karena kelelahan berjalan memantau akhirnya pengawal tersebut memilih untuk beristirahat sejenak dibawah pohon yang rindang. Tak berapa lama, datanglah angin yang sedikit mebadai menerjang sang pohon hingga batang pohonnya yang kering terjatuh dan menimpa kaki sang pengawal, seketika sang pengawal berteriak
“sakit aduh…tolong…tolong…tolong” pengawal berteriak meminta pertolongan.
Di dalam gua tak jauh dari tempat pengawal itu berteriak , ada father disana yang setiap hari berdoa dan beribadah kepada allah agar segera menurunkan hujan. Fathir mendengar teriakan sang pengawal dan segera bergegas mencari sumber suara. Dan benar saja setelah fathir keluar dari gua dia meihat kaki pengawal telah terluka tersebab batang pohon yang  menindih kakinya. Dengan sigap fathir bergegas menghapiri dan berusaha membantu. Namun karena batang pohonnya terlalu besar dan berat, tenaga fathir tidak mampu mengangkat batang pohon tersebut. Akhirnya, setelah beberapa usaha telah dilakukan dan fathir telah berusaha, dia memilih untuk duduk seraya memnajatkan doa kepada Allah untuk dibantu mengangkat batang pohon tersebut. Sang pengawal yang menyaksikannya mulai terpana dan hamper melupakan rasa sakit di kakinya. Fathir mulai berdoa “ya Allah sesungguhnya semua kekuatan engkaulah pemiliknya maka berikan hamba kekuatan untuk mengangkat batang kayu ini…” dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim fathir perlahan mengangkat batang pohon dan ternyata benar Allah meengabulkan doanya dan berhasil membantu meengangkat batang pohon tersebut. Karena luka di kaki pengawal cukup parah, akhirnya fathir membawa pengawal ke gua tempat dia tinggal dan mengobati kaki pengawal.

Keesokan harinya, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, semua pemuda dikumpulkan kembali mendengar keputusan akhir seorang putri naya, mereka dengan penuh harap memanti keputusan putri naya. Sambil pada berbisik-bisik siapa ya yang akan beruntung mendapatkan putri naya. Pemuda yang tadinya pesimis muncul kembali dengan penuh percaya diri dan harapan yang sama.Semua pengawal telah bersiap namun salah satu pengawal belum tiba dan putri naya mencarinya.
“Kemana pengawal tara?” putri naya bertanya kepada pengawal yang lain. Namun tidak satupun yang tahu keberadaannya.

Di tempat lain yang tak jauh dari tempat perkumpulan, di gua tempat fathir dan pengawal tara berada, pengawal semakin tertegun melihat kekuatan fathir dalam beribadah dan berdoa, sepanjang malam dan sepanjang hari yang dilakukannya hanya beribadah dan sesekali keluar untuk membantu warga sekitar yang membutuhkan tenaga menggangkut air ke sawah dan ladang para warga yang membutuhkan bantuan.
“apakah sudah bisa kita mulai putri? Kata pengawal kepada putri naya
“Tunggulah sebentar, sambung putri naya sambil menengok ke seluruh daratan “mungkin saja pengawal tara akan segera tiba, saya butuh laporannya. Untuk sementara umumkan kepada semua yang sedang menanti untuk bersabar menunggu pengumumanku “ kata putri naya mengakhiri.  Akhirnya pengawal mengumumkan “ wahai para pemuda, karena putri naya sedang menanti pengawal tara untuk tiba di tempat ini, maka pengumuman akan ditunda beberapa saat. Terima kasih” kata pengawal memberikan pengumuman.
Dari gua tempat fathir dan pengawal tara berada terdengar dengan suara sayup-sayup dan mulai mengingatkan dirinya pengawal tara bahwa hari ini adalah hari pengumuman putri naya dan pengawal tara sangat tahu bahwa informasi yang dibutuhkan putri naya harus pengawal tara sampaikan. Akhirnya pengawal tara mencoba berjalan namun tidak bisa karena kaki yang masih sakit. Fathir melihat usaha pengawal untuk banagun dan berkata “ kamu mau kemana? Kakimu belum pulih harus diobati lagi..istirahatlah”
“tidak bisa!! Kata pengawal…”aku harus segera menemui putri naya” aku adalah pengawal kerajaan yang harus menyampaikan informasi penting kepada putri, wahai anak muda bantulah aku untuk menuju ke tempat putri naya, keputusan putri naya sangat bergantung pada informasi yang aku bawa” dan keputusan putri hari ini akan sangat bergantung pada kelangsungan kehidupan penduduk dan kerajaan ini”. Akhirnya Fathir mengalah dan membantu pengawal tara untuk dibawa ke tempat putri naya dan orang-orang berkumpul.
“bagaimana ini tuan putri? Salah seorang pengawal bertanya
“para pemuda sudah tidak sabar mendengar keputusan putri, hamba takut mereka tidak sabar dan anarkis karena terlalu lama menunggu.”
“baiklah pengawal, saya akan segera mengumumkan keputusan saya..,tegas sang putri.
Dengan menarik nafas panjang, yang disambar dengan deburan ombak dan angin yang melambaikan rambut panjang indah sang putri dan mengayunkan baju kebesaran seorang putri membuat para pemuda yang melihatnya semakin terpana tak berkedip.
“assalamualaikum warohmatullahi wabarakuh” sang putri memulai dengan suara yang berusaha putri tegar.
“hari ini adalah hari keputusanku atas pngumumanku tiga hari yang lalu” lanjut sang putri
“mohon maaf tuan putri..” suara pengawal tara menengahi
“ampuni kelancangan hamba menghentikan putri.” Kata pengawal tara
“pada kesempatan ini, ijinkan hamba menyampaikan beberapa hal kepada semuanya” kata pengawal tara yang masih dituntun oleh fathir.’
“aku tahu kondisi kerajaan telah sangat kritis dan darurat, kita semua telah banyak berusaha untuk memperbaiki kondisi ini”. Namun ada satu hal yang kita semua lupa bahwa semua yang ada di muka bumi ini adalah milikNya. Termasuk kerajaan ini atas ijinNyalah berdiri seperti ini, terus mengapa kita tidak meminta kepada sang pemilik untuk memperbaiki kondisi kita” kata pengawal tara dan dianggukkan oleh fathir
Semua orang tertegun dan membatu sejenak mendengar perkataan sang pengawal. Termasuk putri naya.
“Kejadian yang aku alami kemarin adalah kejadian yang menyadarkanku tentang betapa besar kekuatan dari seorang hamba yang berdoa’. Dan pada kesempatan kali  ini ijinkanlah fathir untuk untuk memimpin kita semua bermunajat dan berdoa kepada Allah agar memberikan kita hujan.
‘Silahkan fathir” kata pengawal tara
Dengan wajah yang masih tertegun putri naya memberi kode dengan anggukan kepada fathir, tanda diijinkannya oleh putri.
“baiklah ijinkan saya berdoa kepada Allah, semoga Allah mengabulkan segala permohonan kita dan menurunkan hujan.
Dengan suara lirih penuh kekhusyuan fathir memulai untuk berdoa” ya Allah ampunilah segala dosa kami, dosa seluruh yang ada di tempat ini,hari ini kami berkumpul dengan mengharapkan engkau memberikan kami udara yang sejuk dan  tanah yang subur untuk bercocok tanam. Maka ya Allah turunkanlah rahmatMu kepada kami” turunkanlah hujan ya Allah”
Tak lama suara petir terdengar menggelegar memecah kesunyian…seperti pertanda hujan akan turun.
“ya Allah perkenankanlah hujan turun dengan derasnya, membasahi tanha tandus, agar para penduduk bisa kembali bercocok tanam”. Kata fathir mengakhiri.
Tak lama, rerintikan hujan mulai turun…semua orang bersorak sorai “hujan telah turun..hujan telah turun…air hujan semakin deras turun…semua orang berlari kembali ke rumah masing-masing untuk melihat sawah dan ladang mereka. Niat untuk mendengar keputusan putri naya seakan telah hilang karena rasa bahagia akan turunnya hujan. Tinggallah putri nayadan dan Fathir serta beberapa pengawal.
Ditemani hujan yang masih mengguyur sekujur tubuh, putri naya memanggil fathir yang hendak beranjak dari tempat itu.
“wahai fathir…terima kasih telah membuka hati dan pikiranku, telah membantu menunjukkan jalan kebenaran”. Karena dengan berkat doa yang kau panjatkan,  telah berhasil membuat lahan-lahan di sekitar  ini menjadi basah dan akan subur. Maka….”kata purti naya mulai berkata dengan sedikit gemetar. Saya akan tetap menjalankan pengumunan pernah saya ucapkan.
Fathir masih terlihat bingung namun berusaha menanggapi perkataan sang putri
“dari dulu, hamba ingin daerah di kerajaan ini menjadi subur, hamba berdoa setiap saat agar hujan seperti saat ini turun. Lanjut fathir dengan guyuran hujan yang mengaliri rambut kepala dan sekujur tubuh. “namun Allah berkenan mengabulkan doaku hari ini.” Jadi tentang pengumuman apa yang tuan putri maksud”
Putri naya memberi kode kepada salah satu pengawal untuk menjelaskan kepada fathir.
“jadi begini fathir, putri naya telah melakukan sayembara, siapapun yang berhasil membuat lahan di daerah di kerajaan menjadi subur maka dia berhak menikahi putri naya, dan fathir telah berhasil”. Kata pengawal mengakhiri.
Sejenak fathir tertunduk seperti sedang berpikir di bawah rintikan hujan yang semaakin lebat.
“tuan putri…”kata fathir dengan suara lebih keras berusaha melawan suara hujan yang semakin besar.
“siapa sih yang tidak tertarik kepada sang putri, termasuk diri ini yang berasal dari keluarga yang miskin, namun hamba sadar bahwa ada sesuatu yang mengganjal hati ini untuk menerima tuan puti sebagai istri hamba, “.fathir mengucapkan dengan sedikit meneteskan airmata namuntek terlihat karena hujan yang mengguyur.
“maafkan hamba tuan putri, untuk saat ini hamba tidak bisa menerima tusn putri sebagai istri hamba”.
Dengan tidak sabar, putri naya langsung meenimpali dengan sedikit berteriak “kenapa??
Airmata putri naya tumpah..”aku telah lama menaanti hati bersih seperti hatimu fathir, harapanku kini telah hadir di depanku, kumohon temani aku menjalankan amanah menjaga kerajaan ini menjadi lebih baik. Putri naya mulai senggugukan…para pengawalpun ikut terhanyt dalam suasana yang menegangkan itu.
“jika demikian adanya, dan tuan putri tetap menginginkan hamba…sambil menahan airmata dan mengela nafasnya fathir melanjutkan “maka tunggulah hamba satu purnama lagi, jika ku dapati engkau telah berubah menjadi putri sesungguhnya dengan pakaian ketakwaan yang tinggi, dan dengan takdirNya jualah kita akan bersua kembali dalam kondisi keimanan terbaik. Kata fathir sambil memalingkan wajahnya tak kuasa menatap mata putri .
Isak tangis sang putri semakin pecah.
“tuan putri yang hari ini aku jatuh cinta padamu, yakinlah kepada sang pemilik hati bahwa jika kita memang ditakdirkan bersama maka kita akan bertemu satu purnama lagi, nantikan ku di batas waktu dan di tempat ini, di pantai madalika satu lagi, fahir menambahkan.” Aku berharap aku menemuimu satu purnama lagi dengan hijab lebar yang menghias di kepala cantikmu..
Assalamualaikum”..fathir mengakhiri sambil berlalu meninggalkan putri naya dan para pengawalnya.
Kisah ini termodivikasi secara utuh dari kisah putri mandalika, kisah putri di Lombok.
Penulis mengubah alur kisahnya yang seharusnya putri madalika menjatuhkan diri ke laut dikarenakan tidak sanggup memilih salah satu dari banyak pria yang mengingankannya.
Semoga kisah yang penulis tulis ini menjadi inspirasi bagi kita semua bahwa jangan pernah menyepelekan kekuatan doa.

#ODOPBatch7
#Tantangan4Sem4ng4t
#Bisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Dalam Dekapan Ukhuwah

Menikmati Wisata Koptofa di Kaki Gunung Rinjani

Percaya pada nakoda