Ketika Hati Memilih
Lambaian angin yang menerpa sekujir tubuh, dedaunan yang turun seakan mengiyakan ada hati yang sedang berdegup kencang tak karuan...
Mia dengan langkah sedikit terburu-buru menunduk tidak berani memastikan bahwa ada sepasang mata yang sedang menatapnya lekat sekaan tanpa jeda.
Tidak... Dia tidak memandangku.. Pasti ada orang lain di belakangku yang sedang dia tatap.
Langkah mia semakin melaju kencang sampai dia berjalan persis di depan sepasng mata yang memperhatikan langkahnya dari tadi.. Iya dia seorang laki-laki dengan badan yang tegap, memiliki kulit putih dan badannya semampai.
Sampai di hadapannya dia berkata dengan lirih tak jauh dari telinga mia "assalamualaikum" .
Bagai sambaran ombak yang menerjang tubuh.. Dada mia semakin berdegup kencang tak mampu berkata dan hanya memilih berlalu begitu saja. Karena tak ingin merasa keGRan.
Sesampainya di rumah, mia masih bertanya-tanya tentang kejadian yang baru saja dialaminya, diapun memutuskan untuk bercermin dan mengobrol sendiri dengan bayangan dirinya di cermin, sambil memperbaiki jilbabnya dia berkata" tidak.. Tidak mungkin.. Tidak mungkin dia menatapku seperti itu.. Siapa aku? Aku hanya seorang yang tidak cantik, sementara dia seorang yang sangat tampan, mungkin saja ada orang lain di belakangku tadi yang dia tatap hampir tak berkedip" ..iya itu orang lain, bukan aku,. Dia berucap mengakhiri meyakinkan dirinya
Esok harinya menjelang, pagi yang sangat meneduhkan burung-burung riang bernyanyi dan menari di angkasa seakan menyambut hari dengan penuh semangat. Mia tak ingin kehilangan moment untuk menikmati pagi yang indah ini, ia memutuskan untuk jalan-jalan pagi menikmati udara sejuk dan menentramkan.
Beberapa langkah keluar dari rumah dia berjalan sambil menikmati dan menghirup udara yang bersih karena pepohonan masih banyak berjejer di tepi jalan. Tak lama berjalan mia terusik dengan seseorang yang berdiri dari kejauhan, pandangannya semakin lekat memastikan siapa dia. Mia berjalan dan setelah memastikan siapa yang berdiri itu, dia sontak terkejut dan langsung salah tingkah.. Sambil membatin" kenapa dia lagi? Ngapain terus dia berdiri disana? Kurang kerjaan sekali. Dengan mencoba bersikap santai dan biasa-biasa saja mia memberanikan diri terus berjalan seolah tak menganggap ada orang.
"Assalamualaikum... " dia yang diketahui bernama yon mengawali
Mia menoleh ke kanan dan kiri serta belakang namun tak seorangpun ada disana. Dia memutuskan untuk menjawab salam
"waalaikum slm... " jawab mia datar
Perkenalkan nama saya yon...
Kamu siapa?
Aku mia... Jawab mia
Kesejukan pagi agaknya membuat suasana menjadi bersahabat untuk saling engenal satu sama lain, Dialog diantara mereka berlanjut, saling bercerita pengalaman dan bertanya kesibukan dan lainnya.
Keesokan harinya yon berkunjung ke rumah mia dengan membawa satu kardus berisi buku-buku bacaan.
"ini apa? Tanya mia
"ini setumpuk harapan untuk seseorang" jawab yon sambil tertawa kecil
Apa? Jawab mia sedikit grogi
" Hehe, ini buku bacaan semoga bisa membantumu masuk ke universitas, disini ada buku yang bisa membantumu belajar, semoga bermanfaat ya " yon memberikan motivasi.
Hmm.. Terima kasih kak" jawab mia dengan perasaaan yang sedikit berbunga-bunga.
"oh ya besok aku berangkat ke jogja untuk melanjutkan study disana" ucap yon
"mungkin kita bisa bertukar no hp? Biar bisa saling menghubungi
" Oh iya " jawab mia sedikit tertegun
Beberapa bulan berlalu....
Pagi yang sangat cerah di langit mataram, guguran daun pepohon menyambut pafi yang cerah reruntuhan daun berjejer di halaman kontrakan mia, akhirnya mia memutuskan untuk menyapu halaman dengan ditemani headset di telinga menikmati lagu sambil menyapu. Saat lagu sedang dia nikmati tetiba ponselnya berbunyu tanda panggilan masuk. Dengn segera Mia mengangkat handponenya
"halo.. Assalamualaikum"
Waalaikum salam... Sahut seseorang di seberang telefon
" Masih ingat aku? " suara kembali terdengar dari handpone
"hmmm siapa ya? Jawab mia penuh tanya
"cepat sekali kau melupakanku... Aku adalah orang yang membawa setumpuk harapan dalam sebuah kardus, masih ingat?
Ooh kak yon, gimana kabar? Jawab Mia mulai sumringah
"alhamdulillah sehat, kamu gimana cantik? Jawab yon
Hah? Cantik? Mia bergumam dalam hati. Tak ingin berlama tertegun mia menjawab
"Ah.. Iya alhamdulillah sehat"
"bulan depan aku mau pulang, pengen ketemu kamu... Hanya saja... " Yon mengehentikan perkataannya.
"hanya saja? Kenapa? Sambung Mia penasaran
"hanya saja aku ingin memastikan sesuatu sebelum tiba di rumah" terang Yon
Apa itu? Timpal Mia
"aku ingin memastikan antara kau dan aku...eh maukah kau menikah denganku?
Seperti petir menyambar di siang bolong, mia tertegun membeku seketika..
"Mmmmmmenikah? Jawab mia terbata-bata
Gimana? Kata Yon meminta kepastian
Hati Mia berkecamuk, antara bahagia dan bimbang menyatu, bahagia karena ternyata rasa yang dia pendam terjawab dengan ajakan Yon, sementara Mia juga bimbang karena harus memikirkan pesan ibunya yang ingin sekali melihatnya wisuda dan menjadi wanita yang sukses sebelum ibunya meninggal.
"ibu sangat ingin melihatmu wisuda dan menjadi guru yang sukses nak, semangat ya kamu kuliahnya agar ibu bisa bahagia" . Pesan-pesan ibunya terus tergiang di telinga Mia.
"Halo dek? Suara Yon sedikit meninggi
" oh iya kak... Hmmm.. Sepertinya aku butuh waktu untuk memikirkannya kak.. "
Jawab Mia sedikit ragu
"iya tidak apa-apa...namun waktuku tidak lama karena ibuku sedang sakit keras dan memintaku segera menikah... Keinginannnya sebelum beliau meninggal adalah melihat aku menikah... Percayalah... Aku hanya ingin menikah denganmu dek" terang Yon sedikit terisak...
"baiklah berikan aku waktu tiga hari untuk berpikir ya... Sambung Mia
"baik dek aku akan menunggu dengan setia jawabanmu...
Kebimbangan semakin menerpa hati Mia betapa tidak, dia harus memilih memperjuangkan mimpi orangtuanya hingga selesai kuliah atau memilih bahagia menikah dengan pujaaan hati. Rasanya semakin berkecamuk.
Tetiba suara dering hp membuyarkan lamunannya, sebuah panggilan tertulis ibu di layar hp... Sontak Mia mengatur nafas dan mengangkat handphone
"assalamualaikum" ibu mengawali pembicaraan
"Waalaikum slm" jawab mia
"Gimana kabarmu nak?
"Alhamdulillah sehat bu"
"Gimana kuliahmu lancar?
"lancar bu alhamdulillah"
"Hmmm... Huk huk huk (suara batuk dati seberang) ibu sudah tidak sabar melihatmu wisuda dan menjadi guru, semoga harapan ini bisa kau pikirkan ya nak". Ibu sangat yakin jika kau bersungguh sungguh pasti setiap keinginanmu tercapai.
"inggh bu.. Mohon doanya selalu.. "
" Berasmu masih ada? Untuk bulan ini bapak sama ibu sepertinya agak telat bisa ngirimin kamu beras dan uang karena harus membayar SPP adekmu dulu.. Tidak apa-apa ya nak?
"iya bu tidak apa-apa".
Baiklah kalo begitu ibu tutup dulu teleponnya ya, ibu nau masak dulu assalamualaikum..
Tut.. Tut.. Suara hp berakhir....
"waalaikum salam.
Dada Mia semakin bergemuruh, mencipta gelombang kebimbangan di dalam jiwanya. Wajahnya semakin murung memikirkan dan memutuskan sesuatu.
"aku sebaiknya istikharah saja" Mia bergumam
"ya Allah berikan petunjukMu atas segala kebimbangan ini".
Hari yang ditunggu Yon telah tiba, dia bergegas menghampiri Mia ke kontrakan untuk mendengar langsung jawaban dari Mia, Yon sudah tidak sabar untuk bertemu Mia. Sementara Mia tetap setia di depan HP menunggu panggilan dari Yon, Mia tidak tahu kalau ternyata Yon menghampirinya ke kontrakannya.
Tok.. Tok.. Tok Assalamualaikum..
Waalaikum slm.. (sambil membuka pintu)
Mia sangat terkejut dan menjadi salah tingkah karena ternyata yang datang adalah Yon.
"kenapa? Kok kanget?
Kanget bahagia ya? Canda Yon
Hah.. Itu... Aku pikir lewat telepon saja.. Tahunya kakak langsung kesini.. Hmm
Jawab Mia masih salah tingkah..
"Silahkan duduk kak"
"mereka duduk di depan teras dengan kursi yang berbeda...
"Jadi gimana? Tanya Yon
"hmm.... Maafkan aku kak sepertinya aku belum bisa mengiyakan permohonan kakak". Dada Mia bergemuruh dan jantung berdebar semakin kencang.
"kenapa? Kamu belum siap? Tanya Yon sedikit mengangkat alisnya.
" setiap kita punya pilihan dalam hidup kak, dan aku saat ini memilih untuk fokus ke kuliahku dulu dan menjadi seorang guru" terang Mia lirih.
"sebenarnya agak berat aku mendengar keputusanmu ini, batinku berkata kau akan mengiyakanku, rasa ini seperti bersambut tapi ternyata tidak ya.. Sayang sekali.. Ucap Yon sedikit kecewa.
"Andai kau tahu semua isi hati ini betapa ingin ku menghabiskan seluruh usiaku bersamamu... "ucap Mia dalam hati.
"apakah tak ada kesempatanku lagi menanyakan kembali keputusanmu? Ungkap Yon dengan penuh harap.
"tidak kak... Cukup. Tegas Mia berusaha untuk tegar.
"baiklah kalo begitu, sepertinya sudah tidak ada lagi yang perlu diperjelas". Aku sekalian pamit ya, jaga dirimu baik-baik... Sampai jumpa di masa depan penuh lesuksesan, assalamualaikum.... Tutup Yon
"waaliakum salam. " jawab Mia pelan sambol tertunduk
"Maafkan aku karena ketidakjujuranku bukan tanpa sebab, ada harapan dan mimpi yang besar dari rasa cinta yang menggelora, jika kita tercipta untuk bersama maka dengan cara apapun Allah akan mempertemukan kita... Aku percaya itu kak".
Ucap mia dalam hati,tak terasa airmatanya jatuh membasahi jilbab birunya.
Satu pekan berlalu...
Hp Mia berdering tanda panggilan tanpa identitas..
"halo? Kata Mia memastikan dia berbicara dengan siapa
"ini aku Yon... " dengan suara sedikit meninggi.
"cuma mau bilang besok aku menikah, " sambung Yon dengan nada bergaya
"oh iya kak.. Selamat ya". Jawab Mia (walaupun dalam hatinya sangat bergemuruh, sakit)
" sebelum aku nikah aku mau tanya lagi dan ini adalah kesempatan terakhir, apa kamu tidak mencintaiku? Dan maukah kamu menikah denganku". ?
Dengan mengambil jeda dan berusaha mengatur diri Mia dengan berucap
"Bismillah kak... Aku tidak mencintaimu dan aku belum bisa menikah denganmu. ". Suara Mia mulai gemetar
"kamu wanita yang sangat langka Mia, dari sekian banyak wanita yang ku kenal kau amatlah berbeda, kali inipun aku tahu kamu sedang tidak jujur kepadaku tapi baiklah jika pada akhirnya kau tidak memberi ruang sedikitpun untukku, semoga kau bisa bahagia dengan seseorang suatu saat nanti. Assalamualaikum... Tutup Yon kecewa.
Tangis Mia tumpah ruah, dia telah memilih untuk melanjutkan mimpi sang ibu, begitupun Yon memilih untuk mengikuti keinginan sang ibu untuk melihatnya segera menikah. Bagaimana dengan cinta? Di mata orang-orang yang taat cinta hadir dalam dimensi yang berbeda, mendahulukan segala apa yang diminta oleh yang dicintai walau dia harus berkorban. Sejatinya cinta adalah pengorbanan, dan memilih adalah kekuatan. Kekuatan untuk terus melangkah melanjutkan kehidupan. Pastikan setiap pilihan memberikan energi untuk terus bergerak menuju hal yang lebih baik dan semoga setiap pilihan adalah matahari yang menerangi serta menghangatkan setiap perjalanan.
#ODOPBatch7
#CerPenAutoPerjuangan
#SemangatMelangkah
Komentar
Posting Komentar