Percayailah Yang Terbaik

Percayailah yang terbaik
Mempercayai yang terbaik dalam diri seseorang
Akan menarik keluar yang terbaik dari mereka
Berbagi senyum kecil dan pujian sederhana
Mungkin saja mengalirkan ruh baru pada jiwa yang nyaris putus asa
Atau membuat sekeping hati kembali percaya
Bahwa dia berhak dan layak untuk berbuat baik.
(Salim A Fillah)

Kali ini kita akan belajar tentang memberi kesempatan pada mereka untuk mengungkap kebaikan dalam diri seseorang, sebuah sikap kepahlawanan yang tinggi untuk kita serap nilai luhurnya. Dalam sebuah buku berjudul “Dalam Dekapan Ukhuwah”  karya Salim A Fillah,beliau mengungkapan sebuah kisah dalam sebuah adegan Red Cliff, garapan sutradara Jhon Woo.
Ketika itu, Zhuge Liang, sang ahli strategi legendaris didampingi Lu Su, penasehat kerajaan Wu, sednag mengunjungi Zhou Yu di pusat pelatihan prajurit Wu di Karang Merah. Latihan terhenti karena kumandang bunyi seruling yang merdu. Peniupnya seorang anak gembala yang berdiri di puncak karang. Dengan begitu gesit dan nyaris tak terindra Zhou Yu menghampiri si bocah yang ternyata bersama kakeknya . Zhou Yu meminta seruling bambu itu, meraut sedikit bagian lubang udara utamanya dan mengulurkannya kembali.

Suara seruling itu semakin merdu. Lagunya menghanyutkan semua yang hadir dalam suasana keindahan alam daratan Cina selatan.
Tapi urusan utama kedua rakyat jelata itu bukan soal seruling. Si kakek dan cucunya  ini rupanya kehilangan kerbau air di sawah mereka. Mereka hendak mengadu “beberapa saksimelihat bahwa…” kata sang kakeksambil menjurapenuh hormat. Zhou Yu menggangguk sebelum si kakek menyelesaikan kalimatnya. Dia emngerti.

Pasukan yang dikomandani oleh Jenderal Gan Xing segera diperintahkan berhimpun dalam barisan. Zhou Yu memulai kata-katanya dengan pujian. “aku terkesan oleh penampilan dan kerja keras semua orang hari ini’. Serunya disambut gemuruh pekik para prajurit.
“tapi kakek tua ini kehilanga kerbau mili keluarganya di dekat barak kita “. Zhou Yu berjalan berkeliling sambil menyeksamai wajah para prajurit itu. Seseklai diamatinya kaki mereka. “Apakah ini dilakukan oleh salah seorang  saudara kita?”
Suasana mendadak hening.
“Ayo, dia yang berbuat, maju ke depan dan mengakulah!” salah seorang komandan rendahan tiba-tiba teriak. Anggota pasukan  yang lain kemudian menimpali bersahut-sahutan “benar! Ayo mengaku! Tunggu apalagi! Jadilah ksatria! “keadaan menjadi begitu riuh dan kacau. “seret saja mereka keluar! Sungguh perbuatan yang memalukan !” seru yang lain.

“Lu Su” panggil Zhou Yuyang membuat suasana kembali sunyi, “apa hukumannya menurut undang-undang Kerajaan Wu?” Hukumannya “. Jawab Lu Su dengan berat hati “ adalah mati”

“Ayo keluar kalian! Tunjukkan diri!” teriak para prajurit bergemuruh. Suasana kembali rebut dan kacau-balau . “Dan” sambung Lu Su ‘untuk mengetahui pelakunya, mudah saja. Kerbau itu baru hilang pagi ini di sebuah sawah. Pasti masih banyak lumpur mengotori sepatu para malingnya. Apakah aku benar?”
“ya benar! Ayo siapa pelakunya, tunjukkan diri
Zhou Yu sudah mengetahuinya sejak tadi. Dan di sudah melihat tiga orang prajurit dengan sepatu berlumur tanah becek berdiri dengan gelisah dan takut. Mendengar kata-kata Lu Su dan seruan kawan-kawannya, mereka makin kalut dan ciut nyali.
“ semua prajurit Gan Xing, dengarkan perintah ini!” Zhou Yu berteriak “ Kuminta kalian semua berlari mengelilingi arena latihan. Berputarlah di pohon sebelah sana itu kemudian kembali ke tempat ini, semuanya, laksanakan! Cepat!.
“siap!”

Seluruh prajurit segera bergerak dengan formasi baris yang rapid an berlari kea rah yang ditunjuk oleh Zhou Yu. Untuk sampai pada pohon yang dimaksud, mereka harus menyebrangi kolam latihan yang becek dan berlumpur. Dan mereka semua menerabasnya. Masih terus berlari, kini semua sepatu jadi basah dan berlumpur-lumpur. Ketiga orang yang sepatunya berlumpur, kini dibersamai oleh seluruh kawan-kawan sekesatuannya. Lalu dalam irama yang menghentak, mereka kembali ke hadapan Zhou Yu.

“Hari ini,” kata Zhou Yu, “aku tidak menyeret para pelakunnya keluar, karena aku ingin memberi mereka kesempatan kedua untuk menjadi lebih baik. Prajurit Wu sama sekali tidak bisa menenggang penjarah! Tak ada tempat bagi pencuri! Tapi yang kita perlukan hari ini adalah kesatuan, terikat dalam persaudaraan!”
“Benar!”

Jendral Gan Xing terlihat muncul dengan menuntun seekor kerbau. Di sendiri yang mengganti kerbau milik kakek tua yang hilang itu. Di hadapan si kakek, dia berlutut  “Kumohon, terimalah hormat dan permohonan ampunku. Aku gagal melatih pasukanku!”
“Hamba tak berani! Hamba tak berani!’” si kakek ikut berlutut. Dan dengan sangat mengharukan, seluruh prajurit kini berlutut  dan menjura hormat kepada sang kakek.

Keputusan Zhou Yu untuk tak menghukum para pelaku pencurian saat itu, terbukti tepat. Kelak, ketiga orang yang mencuri kerbau itu  menjadi pasukan perintis yang gagah berani dan rela mwngorbankan jiwa saat menghadapi serbuan pasukan Perdana mentri Cao-Cao di seberang Karang Merah. Mereka menjadi patriot negeri Wu. Zhou Yu sangat terharu menyaksikan kepahalawanan mereka.

Dari kisah ini kita banyak belajar tentang memahami sesama, mengambil keputusan yang tepat dan cepat. Dari sikap yang ditunjukkan Zhou Yu memberikan pelajaran kepada kita tentang memberikan kesempatan kepada mereka yang menu jukkan hal yang  tidak baik hari ini untuk diperbaiki di kemudian hari. Semua tentun tak mudah dibutuhkan jiwa kepahlawanan yang tinggi serta analisa yang tajam untuk benar-benar memutuskan sesuatu dengan baik.di jalan persaudaraan kita harus mempercayai yang terbaik. Kadang yang muncul hari ini di permukaan entah itu ucapan dan perbuatan maka berilah ruang untuk kemudian bermetamorfosis menjadi sesuatu yang memukau dengan sejuta kebaikan yang muncul dari wajahnya. Ya wajah saudara kita yang terus mau belajar memperbaiki diri hari demi hari dengan kesempatan kedua itu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Dalam Dekapan Ukhuwah

Menikmati Wisata Koptofa di Kaki Gunung Rinjani

Percaya pada nakoda