Percaya pada nakoda



Kita mungkin pernah merasakan bagaimana menaiki sebuah pesawat, kita akan duduk dengan baik di kursi yang sudah disediakan, melihat bentangan langit dan awan dari jendela pesawat, terkadang hati dan perasaan tidak menentu dalam menyelesaikan sebuah perjalanan apalagi pengalaman pertama menaiki sebuah pesawat maka akan sangat terasa menegangkan dan penuh rasa khawatir dan takut. 

Namun, ketika sudah sangat terbiasa menaiki sebuah pesawat, kapal, bus atau yang lainnya apakah kita berpikir tentang seorang sopir, nakoda yang mengendalikan setiap laju kendaraan yang kita tumpangi. Mungkin jawabannya lebih banyak tidak ya. Kita akan lebih menikmatiperjalanan kita dan fokus ke tujuan tanpa harus mau tahu banyak tentang siapa sopir atau nakoda yang kita naiki.

Seperti suatu ketika, seorang teman saya yang baru saja bisa mengendarai sepeda motor harus dengan terpaksa membonceng saya karena situasi dan kondisi, saat itu saya bekum bisa mengendarai sepeda motor. Namun sebelum saya naik ke atas motor untuk dibonceng oleh teman saya ini, terjadilah sebuah percakapan, pertanyaan pertama yang dilontarkan kepada saya adalah apakah kamu percaya dengan saya? Saya jawab tentu. Dilanjutkannya pertanyaan berikutnya, sayaini baru bisa naik motor, apakah kamu tidak takut?. Hmmm..jawab saya sejenak ya saya takut tapi sedikit, lebih banyak percayanya. Kalau begitu saya bonceng lain kali saja ya..jawabnya. saya tunggu rasa takutmu itu hilang dulu baru bisa saya bonceng jawabnya lagi. Tapi karena saat itu saya sangat butuh tumpangan akhirnya saya berusaha meyakinkan teman saya bahwa saya percaya dan tidak takut. Setelah bernegosiasi cukup lama, akhirnya dia setuju dan mau membonceng saya. Sepanjang perjalanan saya sedikit penasaran dengan tingkah teman saya ini, karena jika orang lain yang membonceng saya tidak pernah ada pertanyan-pertanyaan seperti yang dilontarkan oleh teman saya ini. Akhirnya, saya putuskan untuk menanyakannya. Teman saya ini menjelaskan bahwa ketika kita berkendara dan saya yang mengendarai maka saya harus pastikan penumpang saya tidak takut, kethuilah bahwa terkadang suasana hati sang penumpang akan sampai pada yang di depan termasuk jika penumpang kita tenang maka kita yang mengendarai juga tenang dan melaju dengan pasti. Intinya penumpang itu haris tenang dan percaya sepenuhnya dengan pengendali. 

Begitulah jua dalam kehidupan kita, sangat diperlukan tentang sikap tenang dan percaya bahwa semua telah diatur sempurna oleh sang pemilik jagad raya ini, jangan pernah khawatir apalagi takut serta pesimis karena setiap rasa dan prasangka yang hadir di hatimu bisa langsung tertangkap olehNya yang mengatur segala yang ada di langit dan bumi ini. Tugas kita adalah bertawakal setelaah ikhtiaryang kita lakukan. Menjalani peran dengan sebaik baiknya agar apa yang menjadi tujuan kita bisa diantarkan ke alamatnya dengan tepat tanpa harus ada rasa takut dan khawatir. Rasa takut dan khawatir haarus dihindari karena akan mengganggu perjalanan kita, pun juga kita tetap harus menaruh harapan kepada nakaoda kita dalam mengarahkan dan menuntun kita menjemput dan menemukan jalan menuju tempat yang kita tuju. Mari menjadi pribadi yang terus belajar dan memperbaiki diri dalam menjalani setiap perjalanan ini, menjadi sebaik baik makhluk yang terus memiliki sikap optimis dalam mengarungi samudra kehidupan yang banyak rintang dan halangan menghampiri. Semoga selalu tercipta jiwa-jiwa yang kuat dalam menghadapi ombak dan badai yang menerjang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Dalam Dekapan Ukhuwah

Menikmati Wisata Koptofa di Kaki Gunung Rinjani