Etika Berbicara Dalam Tarbiyatul Aulad
Menjadi pendidik ataupun orang tua tentu dibutuhkan ilmu
yang mumpuni untuk menjalani peran sebagai pendidik dan orang tua yang baik.
Dalam mengambil peran sebagai pendidik dan orang tua tentu tidak asal, harus
ada panduan dalam mengambil peran tersebut dan tentunya banyak belajar karena
pekerjaan menjadi pendidik bukan pekerjaan sembarangan, bukan part time tapi
sepanjang waktu.
Adapun salah satu buku yang bisa dipakai belajar oleh pendidik
orangtua adalah buku tarbiyatul aulad pendidikan anak dalam islam. buku ini ada
versi bahasa arabnya namun ada juga versi bahasa indonesianya. Adapun salah
satu pembahasan di dalam buku setebal 639 halaman terebut adalah etika
berbicara.
Di dalam etika sosial yang penting harus diperhatikan oleh para
pendidik untuk dibiasakan kepada anak-anak adalah etika berbicara dan
dasar-dasar berdiskusi. Sehingga manakala mereka telah baligh, mereka sudah
mengetahui bagaimana cara berbicara dengan manusia lai, bagaimana mendengarkan
orang lain berbicara dan bagaimana cara berdiskusi dengan orang lain, termasuk
berusaha menyenangkan lawan bicaranya. Berikut beberapa etika berbicara yaitu:
1.
Berbicara dengan bahasa arab yang baku
Dalam hal ini tentu ketika kita berbicara,
maka berbicaralah dengan bahasa yang baik dan benar agar orang mendengar
perkataan kita bisa mengerti dan memahami maksud dari apa yang dibicarakan.
2.
Bertutur kata dengan tenang ( tidak tergesa
gesa)
Salah satu etika dalam berbicara adalah
tenang saat berbicara, agar pendengar dapat memahami apa yang diinginkan
olehnya dan peserta di sebuah majelis dapat merenungkan dan memikirkannya. Ini yang
dilakukan oleh Nabi saw. Dalam mengajarkan kepada umatnya.
Dari Aisyah ra ia berkata” rasulullah saw
tidak pernah terburu-buru dalam berbicaraseperti kalian ini. Beliau berbicara
kalimat-kalimat yang orang dapat menghitungnya bila ia mau menghitung” (HR.
Bukhori dan Muslim)
3.
Larangan memaksakan diri untuk pura-pura pandai
bicara fasih
Diantara etika berbicara adalahah tidak
berpura-pura pandai bicara dengan fasih. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan at
Tirmidzi dengan sanad bagus dari ibnu umar ra.bahwa Rasulullah saw bersabda
“Allah Ta’ala membenci seorang yang sudah
baligh yang suka menfasih-fasihkan lisannya (padahal tidak fasih) laksana
seekor sapi yang menjulur-julurkan lidahnya “
Anas bin Malik ra menuturkan
“Rasulullah saw. Apabila mengucapkan satu
kalimat, diulanginya hingga tiga kali agar orang mengerti maksudnya. Dan apabila
mendatangi suatu kaum, beliau memberi salam kepada mereka sampai tiga kali. Rasulullah
saw. Berbicara dengan kata-kata yang rinci, tidak kurang dan tidak berlebihan. Beliau
membenci membual dalam berbicara dan memaksa maksakan diri (HR Bukhari dan
Muslim)
4.
Berbicara dengan orang lain sesuai tingkat
pemahamannya.
Etika lainnya dalam berbicara adalah
berbicara sesuai dengan tingkat intelektual orang yang diajak bicara, juga
mental dan usianya. Ini merupakan sebagai implementasi dari sabda Rasulullah
saw
“kami para nabi diperintahkan untuk
berbicara dengan manusia sesuai dengan tingkat intelektual mereka. (HR. ad
Dailami)
5.
Jangan bicara yang membuat dan tidak patut
Etika berbicara yang selanjutnya adalah
bicara secra proporsional. Tidak trrlalu ringkas sehingga orang sulit menangkap
maksudnya,tapi juga tidak berpanjang-panjang yang membuat orang bosan
mendengarnya. Ini dimaksudkan agar pembicaraan kita dapat dipahami dan disukai
oleh yang mendengarkan.
6.
Memperhatikan orang yang berbicara hingga
selesai
Diantara etika berbicara adalah
memperhatikan secara utuh lawan bicara kita agar kita dapat memahami dengan
tepat apa yang dibicarakan. Para sahabat, saat mendengar Nabi saw. Berbicara,
seolah-olah ada burung di atas kepala mereka karena rasa segan yang sangat
besar dan perhatian yang luar biasa kepada pembicaraan Nabi saw.
7.
Pandangan orang yang berbicara harus sepenuhnya
menghadap pendengar
Etika lainnya dalam soal berbicara adalah
bahwa orang yang bicara harus menghadapkan pandangannya dan pembicaraannya ke
seluruh pendengarnya sehingga setiap yang hadir merasa dirinya diperhatikan.
8.
Berinteraksi dengan yang mendengarkan
Etika berbicara yanag terakhir adalah menjalin
interaksi dengan orang-orang yang mendengarkan, baik selama pembicaraan maupun
setelahnya. Ini agar mereka tidak bosan atau jemu mendengarkan.
Ini adalah kaidah-kaidah penting yang digariskan oleh islam
dalam hal berbicara. Para pendidik ataupun orangtua harus mengambil etika ini
dan mengajarkannya kepada anak-anak didik mereka, agar mereka dapat
membiasakannya dalam kehidupan sosial dan pergaulan di masyarakat.
Sungguh sempurna agama ini, mengatur segala hal dalam
kehidupan, semua ada tata cara dan aturannya tinggal kita belajar dari apa yang
telah dicontohkan Rasulullah saw dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.
Terima kasih mbak tulisannya..
BalasHapus