Ingin kembali ke titik itu

Tanggal 25 November adalah tanggal yang akan diingat dan diperingati sebagai hari guru national,  dimana euforia para siswa di seluruh penjuru nusantara mengekspresikan rasa cinta dan syukurnya kepada seorang guru,  Ada yang memberikan sebuah hadiah, membacakan puisi, bernyanyi sampai membersihkan motor guru, semua itu dilakukan at as a dasar cinta kepada guru dan sebuah cara berterima kasih atas setiap pengabdian yang dilakukan.

Berbicara tentang profesi guru memang sesuatu yang luar biasa, dan bagi mereka yang terpanggil jiwanya untuk mendidik pasti akan merasakan atmosfer yang berbeda ketika melihat siswa siswi berada di sebuah kelas atau melihat vidio tentang kondisi sebuah sekolah yang tidak ada gurunya, maka riuh hati ini untuk ikut andil dalam sebuah perubahan.

Hari ini jasa seorang guru sedang sangat dikenang dengan peringatan hari guru. Semua orang berusaha memberikan yang terbaik untuk grunts.  Bahkan yang sudah tua akan mencari guru yang pernah mengajarkan sewaktu sekolah,  berusaha mencari tahu dan mengunjunginya ke rumah untuk sekedar bersilaturrahim dan mengucapkan terima kasih.

Adapun saya,melihat fenomena yang terjadi menjadi sedikit baper (bawa perasaan )bagaiman tidak, saya yang sekarang posisinya sedang off dulu untuk mengajar, membuat saya merasa sedih , ingin menjadi bagian dari momen special bersama anak-anak seperti yang terjadi beberapa tahun yang telah berlalu bersama mereka, peringatan hari guru kali ini menhajadi sangat hambar dan tak biasa, ingin rasanya kembali memutuskan kembali untuk mengajar dan menerima ucapan indah dari anak-anaka di kelas.

Beberapa kali saya mencoba untuk mengatur hati dan pikiran saya untuk tidak terlalu memikirkan hal itu, toh juga semua yang saya putuskan dalam hiup termasuk memutuskan untuk berhenti mengajr juga karena harus fokus mengajar anak sendiri. Berkali kali berusaha menenangkan diri dengan hal itu dengan harapan semua akan baik-baik saja. Namun semakin saya membuka social media semakin terasa sedihnya, melihat postingan demi postingan dari semua guru yang ada di seluruh penjuru Indonesia, yang sebagian besar isi postingannya adalah berbagai macam kegiatan yang menggembirakan dan kejutan-kejutan kecil yang didapatkan dari murid-muridnya.

Menikmati sedikit kesedihan ini, saya berusaha mengenang juga tentang guru saya dulu, satu per satu terbayang untuk saya doakan yang terbaik buat mereka. Perlahan dengan ini saya rasa sedih sedikit sirna, ditamnah dengan datangnya sebuah pesan yang mengingtakan tentang hari guru dan pesan yag dikirim melalui whatApp itu juga ternyata adalah sebuah undangan untuk menghairi acara peringatan hari guru. Hati saya mulai merekah setidaknya saya tidak terlalu larut dalam sebuah kesedihan hari itu, dan benar saja sesampai di lokasi acara, saya disambut oleh rekan –rekan guru yang pernah membersamai sepanjang saya menjadi guru di tempat saya mengajar. Bahagia rasanya bisa merasakan sedikit atmosfer kebahagiaan yang pernah hinggap kala itu. Adapun acara tersebut berlangsung khidmat dirangkai dengan sebuah penyampaian materi singkat entang peran seorang guru di zaman milenial ini. Salah satu pesan yang disampaikan oleh Pembina yayasan tempat saya mengajar dulu adalah bagaimana posisi seorang guru hari ini jangan sampai tergeser oleh yang lain seperti kecanggihan komunikasi saat ini. Peran guru harus diperkuat bukan saja mentranfer materi pelajaran namun yang lebih utama adalah bagaiman guru pada zaman sekarang bisa tentap menjadi teladan dan yang paling penting adalah bagaimana seorang guru mentranfer nilai-nilai yang berbudi luhur kepada para siswa-siswanya sebagai bagian dari penerus bangsa ini. Mendengar arahan dari Pembina yayasan tersbut membuat saya termenung dan menggelitik hati saya betapa ingin saya kembali ke titik itu lagi, menjadi guru yang terus berusaha memberikan yang terbaik untuk siswa-siswi di dalam kelas.

Komentar

  1. Selamat.. Hari guru.. Tgl 25 menjadi pengigat bahwa guru adalah pahlawan tanpa jasa😇

    BalasHapus
  2. Semangat mba Lasmi..meski anak bisa saja mempelajari ilmu dari gawai, tapi sulit rasanya belajar Budi pekerti tanpa orangtuanya di rumah dan di sekolah (guru)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review buku Games For Islamic Mentoring

Samudra syukur

Resensi Buku Dalam Dekapan Ukhuwah